Bawang putih (Allium sativum) adalah tanaman umbi-umbian yang termasuk dalam genus Allium, dikenal luas karena aroma tajam dan rasa khasnya yang kuat.
Tanaman ini telah digunakan selama ribuan tahun, tidak hanya sebagai bumbu masakan yang esensial di berbagai budaya kuliner dunia, tetapi juga diakui dalam sistem pengobatan tradisional karena sifat-sifat terapeutiknya yang beragam.
Kandungan senyawa organosulfur, seperti allicin, diallyl disulfide, dan diallyl trisulfide, merupakan komponen bioaktif utama yang bertanggung jawab atas sebagian besar efek kesehatan yang ditawarkannya.
manfaat bawang garlic
-
Mendukung Kesehatan Kardiovaskular
Konsumsi bawang putih secara teratur telah terbukti berkontribusi pada peningkatan kesehatan jantung dan pembuluh darah.
Senyawa aktifnya dapat membantu menurunkan kadar kolesterol total dan kolesterol LDL (low-density lipoprotein) atau “kolesterol jahat”, sebagaimana didokumentasikan dalam meta-analisis yang diterbitkan di Journal of the American Medical Association oleh Warshafsky et al. (1993).
Mekanisme ini melibatkan penghambatan sintesis kolesterol di hati dan peningkatan ekskresi sterol.
Selain itu, bawang putih juga memiliki efek antihipertensi, membantu menurunkan tekanan darah tinggi. Penelitian oleh Ried et al.
(2010) dalam BMC Cardiovascular Disorders menunjukkan bahwa ekstrak bawang putih yang matang dapat secara signifikan mengurangi tekanan darah sistolik dan diastolik pada individu dengan hipertensi.
Efek ini dikaitkan dengan kemampuannya untuk meningkatkan produksi oksida nitrat, yang membantu merelaksasi pembuluh darah.
-
Sifat Antioksidan Kuat
Bawang putih kaya akan antioksidan yang melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas.
Senyawa seperti allicin, ajoene, dan quercetin bekerja secara sinergis untuk menetralkan molekul-molekul tidak stabil ini, seperti yang dijelaskan oleh Amagase et al. (2001) dalam Journal of Nutrition.
Youtube Video:
Perlindungan ini sangat penting untuk mencegah penyakit kronis dan memperlambat proses penuaan.
Aktivitas antioksidan ini tidak hanya terbatas pada pencegahan kerusakan DNA, tetapi juga mendukung fungsi kekebalan tubuh yang optimal.
Dengan mengurangi stres oksidatif, bawang putih membantu menjaga integritas sel dan jaringan, yang pada gilirannya dapat meningkatkan resistensi tubuh terhadap berbagai infeksi dan penyakit degeneratif.
-
Meningkatkan Fungsi Kekebalan Tubuh
Bawang putih dikenal sebagai peningkat kekebalan alami, membantu tubuh melawan infeksi dan penyakit. Senyawa sulfur di dalamnya merangsang sel-sel kekebalan seperti makrofag dan sel T, seperti yang ditunjukkan oleh penelitian oleh Percival et al.
(2016) dalam Clinical Nutrition. Hal ini membuat tubuh lebih efisien dalam mendeteksi dan menghilangkan patogen.
Konsumsi rutin bawang putih dapat mengurangi frekuensi dan durasi pilek dan flu.
Sebuah studi oleh Josling (2001) yang diterbitkan dalam Advances in Therapy menemukan bahwa suplemen bawang putih secara signifikan mengurangi insiden pilek biasa dibandingkan dengan plasebo.
Ini menunjukkan potensi bawang putih sebagai agen profilaksis terhadap infeksi saluran pernapasan.
-
Memiliki Sifat Anti-inflamasi
Senyawa organosulfur dalam bawang putih, seperti diallyl disulfide, memiliki efek anti-inflamasi yang signifikan.
Senyawa ini dapat menghambat aktivitas enzim pro-inflamasi seperti siklooksigenase (COX) dan lipoksigenase (LOX), mirip dengan cara kerja beberapa obat anti-inflamasi non-steroid (NSAID), menurut laporan dari Block et al. (1992) dalam Journal of Agricultural and Food Chemistry.
Ini membantu mengurangi peradangan sistemik.
Sifat anti-inflamasi ini bermanfaat dalam mengelola kondisi kronis yang terkait dengan peradangan, seperti arthritis dan penyakit autoimun.
Dengan meredakan respons inflamasi yang berlebihan, bawang putih dapat membantu mengurangi rasa sakit dan pembengkakan, serta meningkatkan kualitas hidup bagi penderita kondisi tersebut.
-
Potensi Antikanker
Bawang putih telah menjadi subjek penelitian intensif mengenai potensi antikankernya.
Senyawa seperti allicin dan diallyl trisulfide telah terbukti menginduksi apoptosis (kematian sel terprogram) pada sel kanker dan menghambat proliferasi tumor, seperti yang diuraikan oleh Herman-Antosiewicz dan Singh (2004) dalam Molecular Cancer Therapeutics.
Efek ini diamati pada berbagai jenis kanker, termasuk kanker lambung, usus besar, dan payudara.
Mekanisme antikanker lainnya termasuk modulasi jalur sinyal seluler, penghambatan angiogenesis (pembentukan pembuluh darah baru yang menyuplai tumor), dan aktivasi enzim detoksifikasi fase II.
Meskipun penelitian lebih lanjut pada manusia diperlukan, bukti epidemiologis menunjukkan bahwa konsumsi bawang putih yang tinggi berkorelasi dengan penurunan risiko beberapa jenis kanker, seperti yang dilaporkan oleh Fleischauer dan Arab (2001) dalam American Journal of Clinical Nutrition.
-
Menurunkan Tekanan Darah
Salah satu manfaat kardiovaskular paling menonjol dari bawang putih adalah kemampuannya untuk menurunkan tekanan darah.
Senyawa sulfur dalam bawang putih, khususnya allicin, diyakini dapat merelaksasi pembuluh darah dengan meningkatkan produksi hidrogen sulfida (H2S) dan oksida nitrat (NO), yang merupakan molekul sinyal penting untuk vasodilatasi, sebagaimana dijelaskan oleh Benavides et al.
(2007) dalam Proceedings of the National Academy of Sciences. Efek ini membantu mengurangi resistensi perifer dan menurunkan tekanan darah.
Meta-analisis dari beberapa uji klinis telah mengkonfirmasi efek hipotensif bawang putih, terutama pada individu dengan hipertensi. Ulasan oleh Ried et al.
(2013) dalam European Journal of Clinical Nutrition menyimpulkan bahwa suplemen bawang putih dapat secara signifikan mengurangi tekanan darah pada pasien hipertensi, menjadikannya tambahan yang berharga untuk manajemen tekanan darah, meskipun tidak menggantikan terapi medis konvensional.
-
Melawan Infeksi Bakteri
Bawang putih memiliki sifat antibakteri spektrum luas yang telah diakui sejak zaman kuno.
Allicin, senyawa utama yang bertanggung jawab atas aroma khasnya, menunjukkan aktivitas bakterisida yang kuat terhadap berbagai jenis bakteri, termasuk strain yang resisten terhadap antibiotik, seperti Staphylococcus aureus (MRSA), menurut penelitian oleh Cutler dan Wilson (2004) dalam Applied and Environmental Microbiology.
Mekanisme kerjanya melibatkan gangguan sintesis DNA dan RNA bakteri serta kerusakan membran sel.
Kemampuan bawang putih untuk melawan infeksi bakteri menjadikannya kandidat yang menarik untuk pengembangan agen antimikroba baru.
Penggunaannya dapat membantu mengurangi ketergantungan pada antibiotik konvensional dan memitigasi masalah resistensi antibiotik yang semakin meningkat, meskipun dosis dan formulasi yang tepat perlu ditentukan melalui penelitian lebih lanjut.
-
Efek Antivirus
Selain antibakteri, bawang putih juga menunjukkan aktivitas antivirus yang menjanjikan. Senyawa dalam bawang putih dapat menghambat replikasi beberapa virus, termasuk virus influenza, rhinovirus, dan herpes simplex virus, seperti yang dilaporkan oleh Mehrbod et al.
(2009) dalam Iranian Journal of Medical Sciences. Ini dapat membantu mempersingkat durasi dan mengurangi keparahan infeksi virus.
Meskipun bawang putih tidak dapat menyembuhkan infeksi virus secara instan, konsumsi rutin dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh dan memberikan perlindungan tambahan terhadap invasi virus.
Potensi ini menjadikan bawang putih sebagai suplemen alami yang bermanfaat selama musim flu dan pilek untuk mengurangi risiko penularan dan keparahan penyakit.
-
Antifungal (Antijamur)
Bawang putih juga efektif dalam melawan infeksi jamur.
Ajoene, salah satu senyawa organosulfur dalam bawang putih, telah terbukti memiliki sifat antijamur yang kuat, terutama terhadap Candida albicans, penyebab umum infeksi jamur pada manusia, seperti yang ditunjukkan oleh Lemar et al.
(2005) dalam Antimicrobial Agents and Chemotherapy. Ini membuatnya berpotensi untuk pengobatan infeksi jamur oral dan vaginal.
Mekanisme antijamur bawang putih melibatkan gangguan pada dinding sel jamur dan metabolisme lipid.
Potensi ini menawarkan alternatif atau pelengkap pengobatan antijamur konvensional, terutama dalam kasus resistensi obat atau untuk tujuan profilaksis pada individu yang rentan terhadap infeksi jamur berulang.
-
Meningkatkan Kesehatan Tulang
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bawang putih mungkin memiliki efek positif pada kesehatan tulang, terutama pada wanita pascamenopause.
Bawang putih dapat membantu mengurangi kehilangan tulang dengan mengurangi stres oksidatif dan peradangan, yang merupakan faktor risiko osteoporosis, seperti yang disarankan oleh Mukherjee et al. (2012) dalam Journal of Nutritional Biochemistry.
Ini berpotensi memperlambat proses pengeroposan tulang.
Meskipun penelitian lebih lanjut pada manusia diperlukan, studi awal menunjukkan bahwa diallyl disulfide dalam bawang putih dapat meningkatkan penyerapan kalsium dan mempromosikan pembentukan tulang.
Ini menyoroti bawang putih sebagai makanan yang mungkin berkontribusi pada kepadatan mineral tulang yang lebih baik dan pencegahan osteoporosis.
-
Mengatur Kadar Gula Darah
Bawang putih dapat membantu mengatur kadar gula darah, menjadikannya bermanfaat bagi individu dengan diabetes atau mereka yang berisiko tinggi.
Senyawa dalam bawang putih dapat meningkatkan sensitivitas insulin dan mengurangi resistensi insulin, serta meningkatkan sekresi insulin dari pankreas, sebagaimana dilaporkan oleh Thomson et al. (2007) dalam Journal of Medicinal Food.
Ini membantu tubuh memanfaatkan glukosa secara lebih efisien.
Selain itu, bawang putih juga dapat mengurangi kadar glukosa puasa dan hemoglobin terglikasi (HbA1c) pada penderita diabetes tipe 2.
Efek hipoglikemik ini mendukung manajemen diabetes yang lebih baik dan mengurangi risiko komplikasi jangka panjang yang terkait dengan kadar gula darah tinggi yang tidak terkontrol.
-
Detoksifikasi Logam Berat
Bawang putih memiliki kemampuan untuk membantu detoksifikasi tubuh dari logam berat.
Senyawa sulfur dalam bawang putih, seperti diallyl disulfide dan alliin, dapat mengikat logam berat seperti timbal dan merkuri, membentuk kompleks yang lebih mudah dikeluarkan dari tubuh, seperti yang dijelaskan oleh Avci et al.
(2007) dalam Food and Chemical Toxicology. Ini dapat melindungi organ dari kerusakan akibat toksisitas logam.
Sebuah studi oleh Kianoush et al. (2012) dalam Basic & Clinical Pharmacology & Toxicology menunjukkan bahwa bawang putih secara signifikan mengurangi kadar timbal dalam darah dan gejala keracunan timbal pada pekerja yang terpapar.
Potensi ini menjadikan bawang putih sebagai agen alami yang menjanjikan untuk mendukung proses detoksifikasi tubuh dari kontaminan lingkungan.
-
Meningkatkan Kesehatan Pencernaan
Bawang putih dapat mendukung kesehatan sistem pencernaan. Sifat antimikrobanya membantu menyeimbangkan flora usus dengan menghambat pertumbuhan bakteri patogen yang merugikan, sementara mempromosikan pertumbuhan bakteri baik, seperti yang disarankan oleh Borlinghaus et al. (2014) dalam Molecules.
Ini dapat mengurangi masalah pencernaan seperti kembung dan dispepsia.
Selain itu, bawang putih juga dapat membantu dalam eradikasi Helicobacter pylori, bakteri yang sering menyebabkan tukak lambung dan gastritis. Studi oleh Saravanan et al.
(2010) dalam Journal of Ethnopharmacology menunjukkan bahwa ekstrak bawang putih memiliki aktivitas penghambatan terhadap H. pylori, menawarkan pendekatan alami untuk mengelola infeksi ini.
-
Mencegah Pembekuan Darah
Bawang putih memiliki sifat antiplatelet yang dapat membantu mencegah pembentukan bekuan darah yang berbahaya.
Ajoene, senyawa sulfur dalam bawang putih, telah terbukti menghambat agregasi trombosit, yang merupakan langkah kunci dalam pembentukan bekuan darah, seperti yang dilaporkan oleh Bordia et al. (1977) dalam Atherosclerosis. Efek ini mengurangi risiko trombosis dan emboli.
Kemampuan ini menjadikan bawang putih sebagai agen pencegah alami terhadap penyakit kardiovaskular seperti stroke dan serangan jantung, terutama pada individu yang berisiko tinggi.
Meskipun demikian, individu yang mengonsumsi obat pengencer darah harus berkonsultasi dengan profesional kesehatan sebelum mengonsumsi bawang putih dalam jumlah besar karena potensi interaksi.
-
Meningkatkan Performa Fisik
Secara historis, bawang putih telah digunakan untuk meningkatkan performa fisik dan mengurangi kelelahan.
Beberapa penelitian modern menunjukkan bahwa bawang putih dapat meningkatkan kapasitas latihan dan mengurangi kerusakan otot pasca-latihan, meskipun mekanisme pastinya masih diteliti, seperti yang disarankan oleh Morihara et al. (2016) dalam Journal of Nutrition.
Ini mungkin terkait dengan efek antioksidan dan anti-inflamasinya.
Dengan mengurangi stres oksidatif dan peradangan yang terjadi selama latihan intensif, bawang putih dapat membantu mempercepat pemulihan dan meningkatkan adaptasi tubuh terhadap aktivitas fisik.
Ini berpotensi bermanfaat bagi atlet dan individu yang aktif secara fisik untuk mencapai performa yang lebih baik dan mengurangi risiko cedera.
-
Mendukung Kesehatan Otak
Sifat antioksidan dan anti-inflamasi bawang putih juga dapat memberikan manfaat bagi kesehatan otak dan kognitif.
Senyawa dalam bawang putih dapat melindungi neuron dari kerusakan oksidatif dan peradangan, yang merupakan faktor risiko dalam perkembangan penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer dan Parkinson, seperti yang diulas oleh Nicotera et al.
(2007) dalam Journal of Alzheimer’s Disease. Ini berpotensi memperlambat penurunan kognitif.
Meskipun penelitian lebih lanjut pada manusia diperlukan, studi praklinis menunjukkan bahwa bawang putih dapat meningkatkan aliran darah ke otak dan memodulasi neurotransmitter.
Ini menunjukkan peran potensial bawang putih dalam menjaga fungsi kognitif yang optimal seiring bertambahnya usia.
-
Memiliki Sifat Antiparasit
Bawang putih telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional untuk melawan infeksi parasit.
Senyawa seperti allicin telah terbukti efektif melawan berbagai jenis parasit usus, termasuk Giardia lamblia dan Entamoeba histolytica, seperti yang dilaporkan oleh Ankri dan Mirelman (1999) dalam Trends in Parasitology.
Mekanismenya melibatkan gangguan pada metabolisme dan struktur parasit.
Potensi antiparasit bawang putih menawarkan alternatif alami untuk penanganan infeksi parasit, terutama di daerah di mana obat-obatan konvensional mungkin kurang tersedia atau resistensi telah berkembang.
Namun, penggunaan klinisnya memerlukan validasi lebih lanjut melalui uji coba terkontrol.
-
Mengurangi Risiko Penyakit Hati Berlemak Non-Alkoholik (NAFLD)
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bawang putih dapat bermanfaat dalam mengurangi risiko dan keparahan penyakit hati berlemak non-alkoholik (NAFLD).
Sifat antioksidan dan anti-inflamasinya membantu melindungi sel-sel hati dari kerusakan oksidatif dan peradangan yang merupakan ciri khas NAFLD, seperti yang disarankan oleh Soliman et al. (2013) dalam Lipids in Health and Disease.
Ini juga dapat membantu mengurangi akumulasi lemak di hati.
Bawang putih dapat memodulasi metabolisme lipid dan glukosa, yang sering terganggu pada pasien NAFLD.
Dengan meningkatkan sensitivitas insulin dan mengurangi produksi lipid, bawang putih berpotensi membantu mencegah atau membalikkan progresi NAFLD, meskipun penelitian klinis lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi efek ini pada manusia secara luas.
-
Membantu Penurunan Berat Badan
Meskipun bukan solusi ajaib, bawang putih dapat mendukung upaya penurunan berat badan.
Senyawa dalam bawang putih dapat membantu mengatur metabolisme lemak dan karbohidrat, serta meningkatkan termogenesis (produksi panas tubuh), yang dapat berkontribusi pada pembakaran kalori, seperti yang ditunjukkan oleh Kim et al. (2011) dalam Journal of Medicinal Food.
Ini juga dapat membantu mengurangi akumulasi lemak.
Beberapa penelitian pada hewan menunjukkan bahwa bawang putih dapat menekan nafsu makan dan meningkatkan rasa kenyang, yang secara tidak langsung mendukung penurunan berat badan dengan mengurangi asupan kalori.
Ketika dikombinasikan dengan diet seimbang dan olahraga teratur, bawang putih dapat menjadi tambahan yang bermanfaat dalam program manajemen berat badan.
-
Meningkatkan Kesehatan Kulit
Sifat antibakteri, antijamur, dan anti-inflamasi bawang putih dapat bermanfaat bagi kesehatan kulit.
Aplikasi topikal atau konsumsi bawang putih dapat membantu mengatasi masalah kulit seperti jerawat, yang sering disebabkan oleh bakteri Propionibacterium acnes, seperti yang ditunjukkan oleh beberapa studi in vitro.
Ini juga dapat membantu mengurangi peradangan pada kulit.
Antioksidan dalam bawang putih juga melindungi kulit dari kerusakan akibat radikal bebas dan penuaan dini, menjaga elastisitas dan kekencangan kulit.
Meskipun demikian, aplikasi langsung bawang putih mentah pada kulit dapat menyebabkan iritasi, sehingga penggunaannya harus hati-hati atau dalam bentuk ekstrak yang diformulasikan.
-
Meredakan Gejala Psoriasis
Psoriasis adalah kondisi kulit autoimun yang ditandai dengan peradangan kronis. Senyawa anti-inflamasi dalam bawang putih, seperti diallyl disulfide, dapat membantu meredakan gejala psoriasis dengan menekan respons inflamasi yang berlebihan, seperti yang disarankan oleh studi praklinis.
Ini dapat mengurangi kemerahan, gatal, dan plak kulit yang terkait dengan kondisi ini.
Meskipun bawang putih tidak dapat menyembuhkan psoriasis, konsumsi atau penggunaan topikal ekstrak bawang putih yang telah diformulasikan secara khusus dapat menjadi terapi pelengkap untuk mengurangi keparahan gejala.
Namun, penelitian klinis yang lebih besar diperlukan untuk mengkonfirmasi efektivitas dan keamanannya pada manusia.
-
Melindungi dari Kerusakan Ginjal
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bawang putih dapat memberikan efek perlindungan terhadap kerusakan ginjal.
Sifat antioksidan dan anti-inflamasinya membantu mengurangi stres oksidatif dan peradangan di ginjal, yang merupakan faktor kunci dalam perkembangan penyakit ginjal kronis, seperti yang ditunjukkan oleh El-Sayyad et al. (2014) dalam Journal of Renal Nutrition.
Ini dapat membantu menjaga fungsi ginjal yang sehat.
Selain itu, bawang putih juga dapat membantu menurunkan tekanan darah, yang merupakan faktor risiko utama untuk penyakit ginjal.
Dengan memodulasi berbagai jalur patologis, bawang putih berpotensi mendukung kesehatan ginjal, terutama pada individu dengan kondisi yang mendasari seperti diabetes atau hipertensi.
-
Meredakan Sakit Gigi
Secara tradisional, bawang putih telah digunakan sebagai obat rumahan untuk sakit gigi karena sifat antibakteri dan analgesiknya.
Allicin dapat membunuh bakteri penyebab infeksi di mulut, sementara senyawa sulfur lainnya mungkin memiliki efek pereda nyeri, seperti yang dicatat dalam beberapa laporan anekdotal dan studi in vitro.
Namun, penggunaannya harus hati-hati dan tidak menggantikan perawatan gigi profesional.
Meskipun demikian, penting untuk diingat bahwa aplikasi langsung bawang putih mentah pada gusi atau gigi yang sakit dapat menyebabkan iritasi atau bahkan luka bakar pada jaringan lunak.
Oleh karena itu, jika digunakan, harus dalam bentuk yang sangat encer atau sebagai bagian dari formula yang lebih aman dan terbukti secara ilmiah.
-
Meningkatkan Kesehatan Rambut
Bawang putih dapat memberikan manfaat untuk kesehatan rambut dan kulit kepala.
Sifat antimikroba dan antijamurnya dapat membantu mengatasi kondisi kulit kepala seperti ketombe, yang sering disebabkan oleh pertumbuhan jamur berlebihan, seperti yang disarankan oleh beberapa studi. Ini juga dapat membantu mengurangi gatal dan iritasi kulit kepala.
Selain itu, bawang putih mengandung sulfur, selenium, dan vitamin C, yang semuanya penting untuk pertumbuhan rambut yang sehat dan produksi kolagen.
Dengan meningkatkan sirkulasi darah ke kulit kepala dan memberikan nutrisi penting, bawang putih dapat membantu memperkuat folikel rambut dan mengurangi kerontokan rambut, meskipun bukti klinis langsung masih terbatas.
-
Mengurangi Nyeri Sendi
Sifat anti-inflamasi bawang putih dapat membantu mengurangi nyeri sendi yang terkait dengan kondisi seperti osteoarthritis dan rheumatoid arthritis.
Dengan menekan produksi sitokin pro-inflamasi, bawang putih dapat mengurangi peradangan pada sendi, yang merupakan penyebab utama rasa sakit dan kekakuan, seperti yang diindikasikan oleh beberapa penelitian praklinis. Ini dapat meningkatkan mobilitas dan kualitas hidup.
Meskipun bawang putih bukan obat untuk kondisi ini, konsumsi rutin dapat menjadi bagian dari pendekatan holistik untuk mengelola gejala.
Penelitian lebih lanjut pada manusia diperlukan untuk menentukan dosis dan formulasi yang optimal untuk efek pereda nyeri sendi yang signifikan.
-
Membantu Mengatasi Alergi
Bawang putih dapat memiliki efek anti-alergi karena kemampuannya untuk memodulasi respons kekebalan tubuh dan mengurangi peradangan.
Senyawa dalam bawang putih dapat menghambat pelepasan histamin, zat kimia yang bertanggung jawab atas gejala alergi seperti bersin, gatal, dan hidung tersumbat, seperti yang disarankan oleh beberapa penelitian in vitro dan pada hewan.
Ini dapat meredakan gejala alergi musiman.
Dengan mengurangi respons inflamasi yang mendasari alergi, bawang putih berpotensi mengurangi keparahan reaksi alergi. Namun, individu dengan alergi parah harus tetap berhati-hati dan berkonsultasi dengan profesional kesehatan sebelum mengandalkan bawang putih sebagai satu-satunya bentuk pengobatan.
-
Mendukung Kesehatan Mata
Sifat antioksidan bawang putih juga dapat memberikan manfaat untuk kesehatan mata.
Antioksidan melindungi sel-sel mata dari kerusakan oksidatif yang dapat menyebabkan katarak dan degenerasi makula terkait usia (AMD), seperti yang diindikasikan oleh studi epidemiologis yang menghubungkan asupan antioksidan dengan penurunan risiko penyakit mata.
Ini membantu menjaga penglihatan yang sehat seiring bertambahnya usia.
Meskipun bawang putih tidak dapat menyembuhkan kondisi mata yang sudah ada, konsumsi rutin sebagai bagian dari diet kaya antioksidan dapat membantu menjaga kesehatan mata secara keseluruhan dan berpotensi menunda perkembangan penyakit mata degeneratif.
Penelitian spesifik mengenai bawang putih dan kesehatan mata masih terus berkembang.