Kupas Tuntas 28 Manfaat Probiotik, Usus & Tubuh Optimal! – E-Jurnal

maharani

Probiotik adalah mikroorganisme hidup yang, bila diberikan dalam jumlah yang cukup, memberikan manfaat kesehatan bagi inang.

Mikroorganisme ini, yang sebagian besar terdiri dari bakteri dan beberapa ragi, umumnya ditemukan secara alami di usus manusia dan berperan krusial dalam menjaga keseimbangan mikrobiota.

Mereka bekerja dengan berbagai mekanisme, termasuk bersaing dengan patogen untuk sumber daya dan tempat perlekatan, memproduksi senyawa antimikroba, serta memodulasi respons kekebalan tubuh.

Keseimbangan mikrobiota usus yang sehat sangat penting untuk berbagai fungsi fisiologis, mulai dari pencernaan hingga imunitas, dan probiotik berkontribusi signifikan terhadap pemeliharaan keseimbangan tersebut.

manfaat probiotik untuk tubuh

  1. Peningkatan Kesehatan Pencernaan Umum

    Probiotik berperan penting dalam menjaga keseimbangan flora usus, yang esensial untuk proses pencernaan yang optimal. Bakteri baik ini membantu memecah makanan, terutama serat, yang kemudian dapat diserap lebih efisien oleh tubuh.

    Mereka juga membantu dalam sintesis vitamin tertentu dan asam lemak rantai pendek (SCFA) yang penting untuk kesehatan sel usus, sebagaimana dibahas dalam ulasan oleh Hill et al. (2014) di jurnal Nature Reviews Gastroenterology & Hepatology.

    Selain itu, probiotik dapat memperkuat lapisan pelindung usus, mengurangi permeabilitas usus (leaky gut), dan melindungi dari invasi patogen.

    Kemampuan ini mendukung fungsi pencernaan secara keseluruhan, mengurangi risiko gangguan pencernaan, dan memastikan penyerapan nutrisi yang maksimal dari makanan yang dikonsumsi.

  2. Mengurangi Diare Terkait Antibiotik

    Penggunaan antibiotik seringkali menyebabkan ketidakseimbangan mikrobiota usus dengan membunuh bakteri baik bersamaan dengan bakteri patogen, yang dapat mengakibatkan diare.

    Probiotik, terutama strain seperti Lactobacillus rhamnosus GG dan Saccharomyces boulardii, telah terbukti efektif dalam mencegah dan mengurangi keparahan diare yang diinduksi antibiotik. Sebuah meta-analisis yang diterbitkan dalam JAMA oleh Hempel et al.

    (2012) mengkonfirmasi manfaat ini secara signifikan.

    Mekanismenya melibatkan restorasi cepat bakteri baik di usus setelah gangguan oleh antibiotik, serta produksi zat yang menghambat pertumbuhan patogen oportunistik seperti Clostridioides difficile.

    Dengan demikian, probiotik membantu menjaga integritas ekosistem usus selama dan setelah pengobatan antibiotik, meminimalkan efek samping yang tidak diinginkan.

  3. Meringankan Gejala Sindrom Iritasi Usus Besar (IBS)

    Sindrom Iritasi Usus Besar (IBS) adalah kondisi kronis yang ditandai dengan nyeri perut, kembung, diare, atau sembelit.

    Probiotik tertentu, seperti beberapa strain Bifidobacterium dan Lactobacillus, telah menunjukkan kemampuan untuk meringankan gejala IBS dengan memodulasi mikrobiota usus dan mengurangi peradangan. Studi yang dipublikasikan di Alimentary Pharmacology & Therapeutics oleh Ford et al.

    (2014) menyoroti potensi ini.

    Probiotik dapat membantu menormalkan motilitas usus, mengurangi produksi gas, dan meredakan nyeri viseral pada penderita IBS.

    Interaksi mereka dengan sistem saraf enterik juga berkontribusi pada pengurangan sensitivitas usus, sehingga memberikan kenyamanan yang lebih besar bagi individu yang menderita kondisi ini.

  4. Mendukung Penanganan Penyakit Radang Usus (IBD)

    Penyakit Radang Usus (IBD), seperti Penyakit Crohn dan Kolitis Ulseratif, melibatkan peradangan kronis pada saluran pencernaan.

    Youtube Video:


    Meskipun probiotik bukan obat, mereka dapat berperan sebagai terapi tambahan untuk membantu menjaga remisi dan mengurangi kekambuhan pada beberapa pasien. Penelitian yang diterbitkan di Gastroenterology sering membahas peran probiotik dalam modulasi respons imun usus.

    Beberapa strain probiotik diketahui memiliki sifat anti-inflamasi dan dapat membantu memperkuat sawar usus yang rusak pada penderita IBD.

    Mereka juga dapat memodulasi respons imun yang berlebihan, membantu mengurangi tingkat peradangan dan mendukung kesehatan mukosa usus, meskipun efektivitasnya bervariasi antar individu dan jenis IBD.

  5. Meningkatkan Penyerapan Nutrisi

    Mikroorganisme probiotik berkontribusi pada pencernaan makanan dan pelepasan nutrisi yang kemudian dapat diserap oleh tubuh.

    Mereka membantu memecah karbohidrat kompleks yang tidak dapat dicerna oleh enzim manusia, menghasilkan asam lemak rantai pendek yang merupakan sumber energi bagi sel-sel usus dan tubuh.

    Sebuah studi dalam Journal of Clinical Gastroenterology oleh Guandalini (2011) menyoroti peran probiotik dalam kesehatan usus secara keseluruhan, termasuk penyerapan.

    Probiotik juga dapat meningkatkan bioavailabilitas vitamin dan mineral, seperti vitamin K, vitamin B, kalsium, dan zat besi, dengan menciptakan lingkungan usus yang lebih asam atau dengan memproduksi enzim yang memfasilitasi penyerapan.

    Ini memastikan bahwa tubuh mendapatkan manfaat maksimal dari nutrisi yang dikonsumsi melalui makanan.

  6. Mengurangi Sembelit

    Sembelit adalah masalah umum yang ditandai dengan kesulitan buang air besar. Probiotik dapat membantu meringankan sembelit dengan meningkatkan motilitas usus dan melunakkan konsistensi feses.

    Strain seperti Bifidobacterium lactis DN-173 010 dan Lactobacillus reuteri telah menunjukkan efektivitas dalam studi klinis, seperti yang dilaporkan dalam British Journal of Nutrition oleh Eskesen et al. (2015).

    Mereka bekerja dengan memproduksi asam laktat dan asam asetat, yang menurunkan pH usus dan merangsang gerakan peristaltik.

    Selain itu, probiotik dapat meningkatkan produksi lendir di usus, memfasilitasi perjalanan feses dan mengurangi ketidaknyamanan yang terkait dengan sembelit kronis.

  7. Mencegah Infeksi Saluran Kemih (ISK)

    Beberapa jenis probiotik, terutama strain Lactobacillus yang dominan di mikrobiota vagina dan uretra, dapat membantu mencegah infeksi saluran kemih (ISK) berulang pada wanita.

    Mereka bekerja dengan menghasilkan hidrogen peroksida dan asam laktat, menciptakan lingkungan asam yang tidak menguntungkan bagi pertumbuhan bakteri patogen seperti E. coli. Penelitian oleh Reid et al.

    (2001) di FEMS Immunology & Medical Microbiology mendukung peran ini.

    Probiotik ini dapat berkompetisi dengan bakteri patogen untuk menempel pada dinding saluran kemih, membentuk lapisan pelindung yang menghambat kolonisasi. Dengan menjaga keseimbangan mikroba yang sehat di area genitourinari, probiotik mengurangi risiko infeksi dan kekambuhan ISK.

  8. Mendukung Kesehatan Vagina

    Kesehatan vagina sangat bergantung pada keseimbangan mikrobiota, di mana Lactobacillus adalah bakteri dominan yang menjaga pH asam.

    Probiotik, khususnya yang mengandung strain Lactobacillus crispatus dan Lactobacillus jensenii, dapat membantu memulihkan dan mempertahankan keseimbangan ini, mencegah kondisi seperti vaginosis bakteri dan infeksi ragi. Sebuah ulasan di Clinical Microbiology Reviews oleh D. G.

    van der Kooij (2015) membahas pentingnya mikrobiota vagina.

    Dengan memproduksi asam laktat, probiotik menciptakan lingkungan yang tidak ramah bagi patogen dan menghambat pertumbuhan berlebihnya.

    Ini membantu mengurangi gatal, bau tidak sedap, dan ketidaknyamanan lainnya yang terkait dengan ketidakseimbangan mikrobiota vagina, meningkatkan kesehatan reproduksi wanita secara keseluruhan.

  9. Meningkatkan Fungsi Kekebalan Tubuh

    Usus adalah organ kekebalan terbesar dalam tubuh, dan mikrobiota usus berinteraksi erat dengan sistem kekebalan.

    Probiotik dapat memodulasi respons imun dengan merangsang produksi sel imun, antibodi, dan sitokin tertentu, sehingga meningkatkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi. Penelitian oleh Gill et al.

    (2001) dalam British Journal of Nutrition adalah salah satu yang pertama menunjukkan dampak probiotik pada kekebalan.

    Probiotik juga dapat memperkuat sawar usus, mencegah masuknya patogen dan alergen ke dalam aliran darah, yang secara langsung mengurangi beban pada sistem kekebalan.

    Dengan demikian, konsumsi probiotik secara teratur dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit infeksi dan peradangan.

  10. Mengurangi Durasi dan Keparahan Flu dan Pilek

    Beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsumsi probiotik dapat mengurangi insiden, durasi, dan keparahan infeksi saluran pernapasan atas, seperti flu dan pilek biasa. Strain seperti Lactobacillus plantarum dan Bifidobacterium animalis subsp. lactis telah dikaitkan dengan efek ini.

    Sebuah meta-analisis yang diterbitkan di Cochrane Database of Systematic Reviews oleh Hao et al. (2015) mendukung temuan ini.

    Mekanismenya melibatkan peningkatan respons imun mukosa dan sistemik, serta modulasi peradangan. Dengan memperkuat sistem kekebalan tubuh, probiotik membantu tubuh lebih efektif melawan virus penyebab flu dan pilek, mempercepat pemulihan dan mengurangi frekuensi penyakit.

  11. Potensi Mengurangi Reaksi Alergi

    Probiotik menunjukkan potensi dalam mengurangi keparahan dan insiden reaksi alergi, terutama pada anak-anak. Ini terkait dengan “hipotesis higienis,” di mana paparan mikroba awal membantu melatih sistem kekebalan untuk tidak bereaksi berlebihan terhadap zat tidak berbahaya.

    Studi oleh Kalliomki et al. (2001) di The Lancet adalah pelopor dalam bidang ini, menunjukkan efek Lactobacillus rhamnosus GG pada risiko alergi.

    Mereka dapat memodulasi respons imun yang mengarah pada alergi, seperti mengurangi produksi imunoglobulin E (IgE) dan menyeimbangkan sel T helper.

    Dengan demikian, probiotik dapat membantu mencegah atau meringankan gejala alergi seperti rinitis alergi dan asma pada individu yang rentan.

  12. Potensi Mengurangi Eksim pada Anak

    Eksim atopik, atau dermatitis atopik, adalah kondisi kulit inflamasi yang sering dikaitkan dengan disfungsi sawar kulit dan respons imun yang terganggu.

    Beberapa penelitian telah mengeksplorasi penggunaan probiotik pada ibu hamil atau bayi untuk mencegah atau mengurangi eksim. Ulasan dalam British Journal of Dermatology oleh Foolad et al. (2016) membahas hubungan antara mikrobioma usus dan kesehatan kulit.

    Probiotik dipercaya dapat memodulasi sistem kekebalan tubuh, mengurangi peradangan sistemik, dan memperkuat sawar kulit.

    Meskipun hasilnya bervariasi, beberapa strain probiotik menunjukkan janji dalam mengurangi insiden eksim pada bayi berisiko tinggi dan meringankan gejalanya pada anak-anak yang sudah menderita.

  13. Mendukung Kesehatan Mental dan Mood

    Ada hubungan dua arah yang kompleks antara usus dan otak, dikenal sebagai sumbu usus-otak. Probiotik dapat memengaruhi kesehatan mental dengan memodulasi produksi neurotransmitter seperti serotonin (yang sebagian besar diproduksi di usus) dan GABA.

    Sebuah studi oleh Messaoudi et al. (2011) di British Journal of Nutrition menunjukkan efek probiotik pada kecemasan dan depresi.

    Dengan mengurangi peradangan sistemik dan meningkatkan integritas sawar usus, probiotik dapat mengurangi masuknya neurotoksin ke dalam otak.

    Mereka juga dapat memengaruhi respons stres dan suasana hati, menawarkan pendekatan potensial untuk manajemen kondisi seperti kecemasan, depresi, dan stres kronis.

  14. Potensi Membantu Penurunan Berat Badan

    Keseimbangan mikrobiota usus telah dikaitkan dengan regulasi berat badan dan metabolisme. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa probiotik dapat memengaruhi penyerapan kalori, regulasi nafsu makan, dan penyimpanan lemak. Sebuah studi oleh Kadooka et al.

    (2010) di European Journal of Clinical Nutrition menemukan bahwa Lactobacillus gasseri BNR17 dapat membantu mengurangi lemak perut.

    Mekanismenya meliputi perubahan dalam produksi asam lemak rantai pendek, peningkatan rasa kenyang, dan modulasi metabolisme glukosa dan lipid.

    Meskipun bukan solusi ajaib, probiotik dapat menjadi alat tambahan yang berguna dalam strategi pengelolaan berat badan yang komprehensif, mendukung upaya diet dan gaya hidup sehat.

  15. Mengatur Kadar Gula Darah

    Mikrobiota usus memainkan peran dalam metabolisme glukosa dan sensitivitas insulin. Probiotik dapat membantu mengatur kadar gula darah dengan memodulasi respons inflamasi, meningkatkan sensitivitas insulin, dan memengaruhi produksi hormon usus yang terlibat dalam metabolisme glukosa.

    Penelitian yang diterbitkan di Diabetes Care oleh Ejtahed et al. (2012) menunjukkan potensi probiotik pada penderita diabetes tipe 2.

    Mereka dapat mengurangi endotoksemia metabolik, yaitu penyerapan produk bakteri inflamasi dari usus yang dapat memperburuk resistensi insulin.

    Dengan demikian, konsumsi probiotik dapat berkontribusi pada kontrol glikemik yang lebih baik, terutama bagi individu dengan risiko diabetes atau yang sudah mengidapnya.

  16. Mendukung Kesehatan Jantung

    Kesehatan jantung sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kadar kolesterol dan peradangan. Probiotik dapat berkontribusi pada kesehatan kardiovaskular dengan membantu menurunkan kadar kolesterol LDL (kolesterol jahat) dan mengurangi peradangan sistemik.

    Sebuah meta-analisis oleh Wu et al. (2017) dalam Nutrition, Metabolism and Cardiovascular Diseases menunjukkan efek probiotik pada profil lipid.

    Mekanismenya meliputi dekonjugasi garam empedu di usus, yang mengurangi reabsorpsi kolesterol, dan produksi asam lemak rantai pendek yang dapat memengaruhi metabolisme lipid di hati.

    Probiotik juga dapat mengurangi produksi senyawa seperti TMAO (trimethylamine N-oxide), yang dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung.

  17. Menurunkan Kadar Kolesterol

    Beberapa strain probiotik, terutama dari genus Lactobacillus dan Bifidobacterium, telah terbukti memiliki kemampuan untuk menurunkan kadar kolesterol darah.

    Ini dilakukan melalui beberapa mekanisme, termasuk asimilasi kolesterol dari usus, dekonjugasi garam empedu, dan produksi asam lemak rantai pendek yang dapat menghambat sintesis kolesterol di hati. Penelitian oleh Anderson et al.

    (2013) di Journal of Clinical Lipidology memberikan tinjauan tentang probiotik dan kolesterol.

    Dengan mengurangi penyerapan kolesterol makanan dan memengaruhi metabolismenya, probiotik dapat berkontribusi pada profil lipid yang lebih sehat. Ini merupakan pendekatan diet tambahan yang menjanjikan untuk manajemen kolesterol, terutama bagi individu yang mencari intervensi non-farmakologis.

  18. Meningkatkan Kesehatan Gigi dan Mulut

    Mulut adalah rumah bagi mikrobiota kompleks yang memengaruhi kesehatan gigi dan gusi. Probiotik dapat membantu mencegah karies gigi, penyakit gusi (gingivitis dan periodontitis), dan bau mulut.

    Strain Lactobacillus reuteri dan Streptococcus salivarius K12 adalah contoh probiotik yang telah diteliti untuk manfaat oral. Sebuah studi oleh Nikawa et al. (2004) di Journal of Oral Science menunjukkan efek probiotik pada bakteri penyebab karies.

    Mereka bekerja dengan menghambat pertumbuhan bakteri patogen di mulut, mengurangi pembentukan biofilm (plak), dan memodulasi respons inflamasi pada gusi.

    Dengan demikian, probiotik menawarkan cara alami untuk menjaga keseimbangan mikrobiota oral dan meningkatkan kesehatan gigi dan mulut secara keseluruhan.

  19. Mendukung Detoksifikasi Hati

    Hati memainkan peran sentral dalam detoksifikasi tubuh. Mikrobiota usus yang sehat dapat secara tidak langsung mendukung fungsi hati dengan mengurangi beban toksin yang mencapai hati.

    Probiotik membantu mengurangi translokasi bakteri dan endotoksin dari usus ke hati, yang dapat menyebabkan peradangan hati. Penelitian oleh Bajaj et al. (2013) di Hepatology menunjukkan peran probiotik pada penyakit hati kronis.

    Dengan memodifikasi komposisi mikrobiota usus dan memperkuat sawar usus, probiotik mengurangi produksi senyawa berbahaya seperti amonia dan metabolit toksik lainnya yang harus diproses oleh hati.

    Ini mengurangi stres pada hati, mendukung kemampuannya untuk melakukan detoksifikasi secara efisien dan mencegah kerusakan hati.

  20. Mengurangi Peradangan Sistemik

    Peradangan kronis tingkat rendah dikaitkan dengan berbagai penyakit degeneratif, termasuk penyakit jantung, diabetes, dan kanker. Probiotik memiliki kemampuan untuk memodulasi respons inflamasi tubuh dengan berinteraksi dengan sel-sel kekebalan di usus.

    Mereka dapat mengurangi produksi sitokin pro-inflamasi dan meningkatkan sitokin anti-inflamasi. Sebuah ulasan oleh Bravo et al. (2011) di Proceedings of the National Academy of Sciences membahas hubungan antara mikrobiota usus dan peradangan.

    Dengan menjaga integritas sawar usus dan mencegah masuknya endotoksin ke dalam aliran darah, probiotik mengurangi pemicu peradangan sistemik.

    Efek anti-inflamasi ini berpotensi memberikan manfaat luas bagi kesehatan, membantu mencegah dan mengelola kondisi yang didorong oleh peradangan kronis.

  21. Meningkatkan Kesehatan Kulit

    Ada hubungan yang berkembang antara kesehatan usus dan kulit, yang dikenal sebagai sumbu usus-kulit. Probiotik dapat memengaruhi kesehatan kulit dengan mengurangi peradangan sistemik, memodulasi respons imun, dan bahkan memengaruhi produksi sebum.

    Penelitian menunjukkan potensi probiotik dalam mengatasi kondisi seperti jerawat, rosasea, dan eksim. Ulasan di Dermatology Online Journal oleh Bowe et al. (2014) membahas dampak mikrobioma usus pada kulit.

    Dengan menyeimbangkan mikrobiota usus, probiotik dapat mengurangi masuknya toksin yang dapat memicu masalah kulit dan memperbaiki fungsi sawar kulit. Ini dapat menghasilkan kulit yang lebih jernih, lebih sehat, dan mengurangi keparahan kondisi kulit inflamasi.

  22. Membantu Mengatasi Intoleransi Laktosa

    Intoleransi laktosa terjadi ketika tubuh kekurangan enzim laktase, yang diperlukan untuk memecah laktosa (gula susu). Beberapa probiotik, terutama strain Lactobacillus dan Bifidobacterium yang umum ditemukan dalam produk susu fermentasi, dapat memproduksi enzim laktase.

    Hal ini membantu penderita intoleransi laktosa untuk mencerna laktosa dengan lebih baik, mengurangi gejala seperti kembung, gas, dan diare. Penelitian oleh Almeida et al. (2012) di Journal of Applied Microbiology membahas peran probiotik dalam pencernaan laktosa.

    Dengan menyediakan sumber laktase tambahan di usus, probiotik memungkinkan individu dengan intoleransi laktosa untuk mengonsumsi produk susu tanpa mengalami ketidaknyamanan yang signifikan. Ini memperluas pilihan makanan mereka dan meningkatkan kualitas hidup.

  23. Mencegah Infeksi H. pylori

    Helicobacter pylori (H. pylori) adalah bakteri yang dapat menyebabkan tukak lambung, gastritis, dan meningkatkan risiko kanker lambung. Probiotik dapat berperan sebagai terapi tambahan dalam pemberantasan H.

    pylori atau membantu mengurangi efek samping dari terapi antibiotik standar. Beberapa strain, seperti Lactobacillus reuteri dan Saccharomyces boulardii, telah menunjukkan efek penghambatan terhadap H. pylori. Sebuah meta-analisis oleh Wang et al.

    (2013) di Journal of Clinical Gastroenterology mendukung penggunaan probiotik sebagai ajuvan.

    Probiotik dapat bersaing dengan H. pylori untuk menempel pada mukosa lambung, memproduksi zat antimikroba, dan memodulasi respons imun terhadap infeksi.

    Ini tidak hanya membantu dalam memberantas bakteri tetapi juga mengurangi efek samping seperti diare yang sering terjadi dengan terapi antibiotik triple atau quadruple untuk H. pylori.

  24. Mendukung Kesehatan Tulang

    Penelitian yang muncul menunjukkan hubungan antara mikrobiota usus dan kesehatan tulang. Probiotik dapat memengaruhi penyerapan mineral penting untuk tulang, seperti kalsium dan magnesium, dan memodulasi peradangan yang dapat memengaruhi kepadatan tulang.

    Studi pada hewan dan beberapa penelitian awal pada manusia menunjukkan bahwa probiotik dapat berkontribusi pada peningkatan massa tulang. Ulasan oleh Schepper et al. (2019) di Journal of Bone and Mineral Research membahas sumbu usus-tulang.

    Dengan meningkatkan lingkungan usus yang sehat dan mengurangi peradangan sistemik, probiotik dapat secara tidak langsung mendukung metabolisme tulang.

    Ini membuka jalan bagi penelitian lebih lanjut tentang potensi probiotik sebagai strategi pencegahan atau penanganan osteoporosis dan kondisi tulang lainnya.

  25. Potensi Mengurangi Risiko Kanker Kolorektal

    Mikrobiota usus memainkan peran dalam patogenesis kanker kolorektal. Probiotik dapat membantu mengurangi risiko kanker kolorektal dengan memodulasi komposisi mikrobiota usus, mengurangi produksi karsinogen, dan meningkatkan respons imun anti-kanker.

    Beberapa strain probiotik diketahui memiliki sifat anti-proliferatif dan pro-apoptotik terhadap sel kanker. Penelitian yang diterbitkan di Cancer Research oleh Louis et al. (2014) menunjukkan potensi mikroba usus dalam pencegahan kanker.

    Mereka juga dapat membantu mengurangi peradangan kronis di usus, yang merupakan faktor risiko utama untuk kanker kolorektal. Meskipun penelitian lebih lanjut diperlukan, probiotik menjanjikan sebagai bagian dari strategi pencegahan kanker yang lebih luas.

  26. Meningkatkan Produksi Vitamin K dan B

    Bakteri baik di usus manusia, termasuk banyak jenis probiotik, memiliki kemampuan untuk mensintesis beberapa vitamin esensial.

    Mereka berperan dalam produksi vitamin K, yang penting untuk pembekuan darah dan kesehatan tulang, serta berbagai vitamin B, seperti B12, folat (B9), dan biotin (B7), yang krusial untuk metabolisme energi dan fungsi saraf.

    Penemuan ini telah lama didokumentasikan dalam literatur mikrobiologi gizi, seperti ulasan oleh Rowland et al. (2018) di Gut Microbes.

    Dengan meningkatkan populasi bakteri yang mampu memproduksi vitamin ini, probiotik secara tidak langsung meningkatkan ketersediaan nutrisi ini bagi tubuh.

    Ini merupakan manfaat penting yang mendukung berbagai fungsi fisiologis vital, dari pembentukan sel darah hingga dukungan neurologis.

  27. Memperbaiki Kualitas Tidur

    Sumbu usus-otak yang kuat menunjukkan bahwa kesehatan usus dapat memengaruhi kualitas tidur. Probiotik dapat membantu meningkatkan kualitas tidur dengan memodulasi produksi neurotransmitter seperti serotonin dan melatonin, yang berperan dalam siklus tidur-bangun.

    Selain itu, dengan mengurangi peradangan dan stres, probiotik dapat menciptakan lingkungan yang lebih kondusif untuk tidur yang nyenyak. Sebuah studi oleh Takada et al. (2014) di Journal of Clinical Psychopharmacology menunjukkan efek probiotik pada kualitas tidur.

    Dengan menyeimbangkan mikrobiota usus, probiotik dapat mengurangi gangguan pencernaan yang mungkin mengganggu tidur dan mengurangi tingkat stres serta kecemasan yang sering menjadi penyebab insomnia.

    Ini dapat menghasilkan tidur yang lebih dalam dan restoratif, berkontribusi pada kesejahteraan mental dan fisik secara keseluruhan.

  28. Mendukung Kesehatan Ginjal

    Pada individu dengan penyakit ginjal kronis (CKD), akumulasi toksin uremik dapat terjadi, yang sebagian besar diproduksi oleh mikrobiota usus.

    Probiotik dapat membantu mengurangi beban toksin ini dengan memodulasi komposisi mikrobiota usus dan mengurangi produksi metabolit berbahaya. Beberapa penelitian awal menunjukkan bahwa probiotik dapat membantu mengurangi kadar toksin uremik, seperti indoxyl sulfate dan p-cresol sulfate.

    Ulasan oleh Vaziri et al. (2015) di Seminars in Nephrology membahas peran mikrobioma usus pada CKD.

    Dengan menyeimbangkan mikrobiota usus dan memperkuat sawar usus, probiotik dapat mengurangi translokasi toksin dari usus ke dalam aliran darah, sehingga mengurangi beban kerja pada ginjal yang sudah terganggu.

    Meskipun ini adalah area penelitian yang sedang berkembang, probiotik menjanjikan sebagai intervensi tambahan untuk mendukung fungsi ginjal pada kondisi tertentu.

Artikel Terkait

Bagikan:

Artikel Terbaru